Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah SingosariMalang.

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai  akuwu  (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh peng-awalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Video Pilihan: 


Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir di Jawa Timur pada tahun  1182, wafat di Jawa Timur pada tahun  1247 atau 1227), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah se-bagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).

Ken Arok merupakan seorang pengawal Akuwu (setara Bupati) Tumapel yang bernama Tuggul Ametung. Pada saat itu, Tumapel merupakan wilayah bagian dari kerajaan Kediri.

Dalam kitab Pararaton Ken Arok membunuh Akuwu Tunggul Ametung karena terpikat kecantikan istri Akuwu itu. Ken Dedes, istri Tunggul Ametung akhirnya berhasil dipersunting Ken Arok.

Tunggul Ametung tewas ditusuk keris Mpu Gandring yang dipesan Ken Arok. Sebenarnya keris ini masih belum sempurna pembuatannya. Namun karena Ken Arok sudah tidak Sabar, maka keris tersebut diminta secara paksa hingga Mpu Gandring tewas sebagai korban pertama keris tersebut. Sebelum meninggal Mpu Gandring sempat bersumpah jika keris tersebut nantinya akan membunuh 7 anak keturunan dari raja di Tumapel.

Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai penguasa Tumapel dan berniat untuk lepas dari Kerajaan Kediri.

Ketika Kerajaan Kediri tengah terjadi konflik antara raja Kertajaya dan kaum Brahmana. Kertajaya tetap merasa dirinya wajib disembah oleh para Brahmana sebagai keturunan dewa. Merasa terdesak, akhirnya pada tahun 1254 M, para Brahmana lari ke Tumapel dan meminta bantuan kepada Ken Arok. Sebagai penguasa Tumapel, Ken Arok bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhum menyerang Kerajaan Kadiri pertempuran di desa Ganter dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Dalam kitab tahun 1254 M Kertagama dikatakan pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Raja ini yang berhasil mengalahkan Kertajaya, tidak menyebut nama Ken Arok.

Dalam prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Diperkirakan nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa. Dalam kitab Negarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa.

Menurut cerita Kertajaya hanya bisa dikalahkan oleh Siwa, oleh karenanya Ken Arok sebelum mengadakan perang menggunakan nama Bhatara Siwa.

Kerajaan Singasari berdiri menggantikan Kadiri, tumbuh menjadi imperium yang kuat dan memperluas cakrawala mandala sampai dengan Melayu, Tumasik dan Pahang.

Singasari juga melakukan penyebaran pengaruh hingga ke Sulawesi Selatan dan Maluku untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah dari timur. Kekuasaan Singasari yang begitu besar memunculkan ancaman dari luar seperti Mongol dan dari dalam negeri sendiri dari keturunan penguasa Kadiri.

Kekuasaan yang besar ini menarik perhatian Kaisar Mongol yang juga tengah mencapai masa kejayaannya, ia mengirimkan perwakilan untuk meminta Kertanagara tunduk terhadap Mongol. Kertanagara menolak, bahkan melukai dan memulangkan utusan dalam keadaan cacat sehingga membuat kerajaan Mongol murka. Sebelum serangan dari Mongol tiba, Kertanagara diserbu oleh  Jayakatwang raja dari kerajaan Kadiri. Serangan ini terjadi ketika Kertanagara sedang asik memperluas pengaruhnya ke berbagai tempat untuk menyaingi pengaruh Dinasti Yuan. Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya yang menyimpan dendam terhadap Ken Arok, sehingga ia menyerang ketika Singasari lengah dan menegakkan kembali dinasti kerajaan Kadiri.

Raja-Raja Singasari

1. Ken Arok (1222-1247)

Ken Arok adalah raja pertama sekaligus pendiri Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa setelah mengalahkan Kertajaya dari Kadiri. Beberapa sumber menyatakan bahwa ia berasal dari rakyat biasa dan bukan dari kaum bangsawan. Namun namanya jelas tercatat dalam Prasasti Balawi, Prasasti Maribong, Prasasti Kusmala, dan Prasasti Mula Manurung. Kitab Pararaton dan Nagarakrtagama juga mencatatnya dengan jelas sebagai moyang dari raja Hayam Wuruk.

Dari perkawinannya dengan Ken Dedes melahirkan dua orang putra, yaitu Anusapati dan Mahisa Wonga Teleng. Sementara dari Ken Umang lahir Panji Tohjaya. Ketiga anak ini kelak menjadi figure penting dalam sejarah Singasari-Majapahit. Ken Arok memulai Wangsa Rajasa yang akan berkuasa sampai dengan akhir masa Majapahit.

2. Anusapati (1247-1248)

Anusapati adalah putra dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung, mengingat Ken Arok memperistri Ken Dedes setelah membunuh Tunggul Ametung. Dendam kesumat atas ayahnya, ia kemudian membunuh Ken Arok melalui perantara seorang pengalasan. Ia naik tahta sekitar tahun 1247, namun ia berkuasa hanya sekitar satu tahun ketika berita terbunuhnya Ken Arok didengar oleh anaknya Panji Tohjaya, merasa tidak terima dan membunuh Anusapati. Anusapati didharmakan di Kidal, sekarang peninggalannya berupa Candi Kidal di Malang.

3. Tohjaya (1248)

Panji Tohjaya naik tahta menggantikan Anusapati, namun ia hanya berkuasa selama kurang dari satu tahun. Ketika ada pemberontakan yang dilancarkan oleh kalangan Rajasa dan Sinelir yang menyerbu istana. Tohjaya sempat melarikan diri ke Katanglumbang, namun tewas karena luka tombak yang didapatkannya. Nama Tohjaya ini tidak disebutkan dalam Nagarakrtagama. Salah satu alasannya bisa dikarenakan pemberontakan Rajasa tadi, sehingga ia tidak dianggap sebagai leluhur Hayam Wuruk.

4. Wisnuwarddhana (1248-1268)

Rangga Wuni naik tahta menggantikan Tohjaya dengan gelar Sri Jayawisnuwarddhana. Ia memerintah bersama Mahisa Campaka, cucu Ken Arok dan Ken Dedes. Wisnuwarddhana berkuasa cukup lama dalam masa damai, kurang lebih selama dua puluh tahun. Hanya Wisnuwardhhana yang mewariskan tahta langsung kepada anaknya, yaitu Kertanagara.

Sejarah tentang Wisnuwarddhana didapat selain dari kitab Pararaton dan Nagarakrtagama juga dari prasasti tembaga di Kedu yang dikeluarkan oleh raja Kertanagara.

5. Kertanagara (1268-1292)

Kertanegara merupakan raja terakhir sekaligus terbesar dalam sejarah Singasari. Ia melakukan perluasan cakrawala mandala Singasari ke barat melalui Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M. Menaklukkan Melayu, Tumasik, dan Pahang. Dilanjutkan dengan mengalahkan Bali pada tahun 1284 M. Seluruh pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Singasari meskipun tidak ditaklukkan secara militer. Kertanagara juga menjalin persekutuan dengan Kerajaan Champa.

Peninggalan candi di kerajaan Singasari

Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jago, dan Candi Jawi. Selain itu, patung hasil peninggalan kerajaan Singasari yakni Patung Ken Dedes yang disebut sebagai Dewi Prajnaparamita (dewi kesuburan) serta Patung Kertanegara disebut sebagai Amoghapasa.

Candi Kidal

Candi Kidal adalah candi tempat Anusapati dimakamkan. Anusapati menjadi raja kedua Kerajaan Singasari setelah membunuh Ken Arok. Anusapati sendiri mati dibunuh oleh Tohjaya, keturunan Ken Arok dari Ken Umang. Di candi Kidal juga ditemukan arca atau patung Anusapati yang ditampilkan sebagai Dewa Siwa.

Candi Jawi

Candi Jawi dibangun oleh Kertanegara untuk menegaskan kekuasaannya di wilayah Pasuruan yang dihuni oleh penganut Siwa-Buddha. Candi ini diduga tempat pendharmaan abu jenazah Kertanegara, meskipun hanya Sebagian. Sebagian yang lain diletakkan di Candi Singosari. Keberadaan saat ini, Candi Jawi terletak di Pandaan-Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Candi Singosari

Candi ini diperkirakan dibangun pada tahun 1300 M untuk memperingati raja Kertanagara yang wafat akibat serangan Jayakatwang pada tahun 1292 M. Lokasi saat ini,  Candi Singosari terletak di Singosari, Malang, Jawa Timur.

Candi Jago

Candi ini dibangun sekitar tahun 1268 M atas perintah Kertanagara untuk memperingati ayahnya Wisnuwarddhana. Candi ini berlatar budaya agama Buddha Tantrayana yang dianut Kertanagara. Situs ini dikunjungi kemudian hari oleh Hayam Wuruk dan Adityawarman. Lokasi Candi Jago sekarang terletak di Malang, Jawa Timur.

Posting Komentar

0 Komentar