Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

URBAN LEGEND: Legenda Si Pahit Lidah


Si Pahit Lidah

Sepasang juara yang gagah berani terkenal dengan julukan Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat menjadi legenda bagi masyarakat Banding Agung. Mereka sangat disegani oleh lawan-lawannya. Baik Si Pahit Lidah maupun Si Mata Empat, keduanya merasa paling hebat di antara keduanya.

Dengan suaranya lantang. ”Ha..ha..ha..akulah yang paling hebat sejagat raya ini, tak ada yang bisa menandingiku”, ucap Si Mata Empat di depan umum ketika mempertunjukkan kehebatannya.💪💪💪

”Hei!!!  Mata Empat..sombong sekali kau, apa belum tahu kehebatanku?” teriak Si Pahit Lidah kepada Si Mata Empat. Si Mata Empat menjadi geram ingin rasanya segera menghajar Si Pahit Lidah. Namun ia menyadari dan takut dengan kutukan lidahnya yang pahit itu.

Baiklah!, ujar Si Mata Empat. “Sekarang saya beri kelonggaran untukmu yang telah lancang kepadaku, saya akan membuktikan seberapa hebat kesaktianmu. Apakah kau sanggup, jika lima hari dari sekarang di dekat Danau Ranau setelah matahari terbenam kita bertanding?” tanya Si Mata Empat menantang Si Pahit Lidah.

”Baiklah…dengan senang hati ku terima tantanganmu, lagipula aku sudah tak sabar ingin menghajar orang sombong macam kau!!” jawab Si Pahit Lidah dengan lantang.

Sampailah pada hari yang sudah disepakati. Mata Empat menggunakan permainan licik untuk kepentingan dirinya. Caranya, secara bergiliran keduanya harus tidur menelungkup di bawah rumpun bunga aren. Lalu, bunga aren di atas akan dipotong oleh salah satu di antara mereka. Siapa bisa menghindar dari bunga dan buah aren yang lebat dan berat itu, dialah yang akan disebut jawara sakti. Setiap orang diberi kesempatan memotong tiga kali bila buah yang di jatuhkan belum mengenai musuh.

Si Pahit Lidah tidak mengetahui kalau Si Mata Empat berbuat licik. Si Pahit Lidah menerima saja tantangan Mata Empat tersebut.

Hasil dari undian Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama.

Dengan secepat kilat Si Pahit Lidah lalu memanjat pohon aren yang ada di tepi danau tersebut. ”Hei Mata Empat yang sombong terimalah ini, selamat tinggal untuk selama-lamanya.” ucap Si Pahit Lidah kepada Mata Empat.

Sesuai dengan julukannya, tentu saja Si Mata Empat bisa melihat arah jatuhnya buah aren tersebut. Dua mata yang berada dibelakang kepala bisa melihat ketika bunga aren jatuh meluncur ke ke arah Mata Empat. Dengan mudahnya Si Mata Empat bisa menghindar dari runtuhan buah aren tersebut.

Dengan sombong Si Mata Empat sesumbar. ”Ha..ha..ha..ha..apakah hanya itu saja kemampuanmu!!!”, kepada Si Pahit Lidah yang masih berada di atas pohon.

”Kurang ajar, ternyata kau belum mati juga” dengan kesal Si Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar. Tapi Si Mata Empat dapat menghindar lagi dari jatuhan buah aren tersebut.

”Wahai Pahit Lidah saya kasih kesempatan sekali lagi untuk menunjukkan kemampuanmu” ujar Mata Empat dengan sombongnya. Dengan perasaan hampir putus asa, Pahit Lidah memotong buah aren yang lebh besar dari yang kedua. Tapi dengan kemampuan yang dimilikinya, Mata Empat bisa menghindar untuk ketiga kalinya dari jatuhan buah aren tersebut.

Dengan perasaan kecewa Si Pahit Lidah turun dari pohon.

Kini giliran Si Pahit Lidah manjat pohon aren. Dengan secepat kilat Si Mata Empat memanjat dan Si Pahit Lidah sudah siap menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon itu.

Apakah kau sudah siap dengan kematianmu?” tanya Si Mata Empat kepada Si Pahit Lidah.

”Jangan banyak oceh kau. Cepat potong buahnya!”jawab Pahit Lidah.

Si Mata Empat pun memotong buah aren tersebut. Croook!!!tandan buah aren itu meluncur deras ke bawah.

”Aughhhh…” terdengar suara keluhan. Buah aren yang besar dan berat tersebut tepat mengenai tubuh Si Pahit Lidah. Tubuhnya hancur bersimbah darah dan ia tewas seketika secara mengenaskan.

Si Mata Empat senang dan merasa puas, ia dapat membuktikan bahwa dirinya lebih sakti dari Si Pahit Lidah.💪

Namun ada rasa ingin tahu, mengapa dia dijuluki Si Pahit Lidah? Apakah benar lidahnya memang pahit, seperti cerita yang beredar. 😧

Ia masukkan jari tangannya ke dalam mulut Si Pahit Lidah, lalu dijilatnya jarinya yang sudah terkena liur di Pahit Lidah.

Ternyata benar, memang pahit sekali rasanya.”😝😝😝

Ternyata itu racun yang mematikan. Si Mata Empat pun mengerang-erang kesakitan memegangi tenggorokannya.

Tapi apa mau dikata. Racun tersebut bekerja sangat cepat seketika itu juga tubuhnya membiru. Maka Si Mata Empat pun tewas di tempat yang sama.💀💀💀

Akibat terlalu sombong dan angkuh. Merasa dirinya paling hebat di dunia ini, padahal masih ada yang lebih hebat sejagat raya ini yaitu Allah SWT. 😲

Kedua jawara itu dimakamkan oleh penduduk setempat di tepi Danau Ranau yang menjadi saksi sejarah pertarungan antara Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.

Banyak versi dan gaya cerita yang beredar, namun Si Pahit Lidah sudah begitu melegenda.😎

 

Versi lain dari Si Pahit Lidah dapat Anda ikuti link berikut:🙏


Suryanto Tabrani dan Seno Adjie

Posting Komentar

12 Komentar