Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Kerajaan Demak

 Masjid agung Demak

Raden Patah adalah pendiri dan raja pertama di Demak. Pada masa pemerintahannya mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Pati Unus ingin menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.

Video Pilihan:


Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari  Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban, Madiun, Surabaya dan Pasuruan, Malang, dan Blabangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa. Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan.


Kerajaan Demak resmi berdiri setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit, yakni sekitar 1481 M atau 1403 tahun Saka. Majapahit sendiri kali terakhir dikuasai oleh Prabu Brawijaya V (Kertabumi) dan Demak merupakan kadipaten di bawah naungan kerajaan Hindu-Budha tersebut.


Dalam sejarahnya, Kerajaan Demak didirikan oleh persekutuan pedagang Islam di Pantai utara Jawa yang dipimpin oleh Raden Patah (fatah), seorang keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri dari Vietnam yaitu Champa. Berdirinya kerajaan Demak ini tidak lepas dari jasa para wali songo, hal ini lantaran Raden Patah sewaktu muda belajar ajaran Islam dibawah bimbingan Sunan Ampel.


Sebelum berdirinya Kerajaan Demak, wilayah Demak merupakan bagian dari Majapahit, dimana Raden Patah ditugaskan sebagai Adipati Bintoro, Demak. Pengaruh Kerajaan Majapahit pada akhir pada akhir ke 15 berada diambang keruntuhan. Pada tahun 1500 dengan dukungan para wali, Bintoro menyerang Majapahit dan mengalahkannya.

Silsilah Kerajaan Demak

1. Raden Fatah 1500-1518

Dikenal dengan nama Pangeran Jimbun, dan mendapat gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa pemerintahannya, Malaka jatuh ke tangan Portugis namun Raden Fatah tidak mau mengambil risiko. Diutuslah Pati Unus (putranya) serta 1513 pasukan, namun persenjataan yang kurang membuat serangan tidak membuahkan hasil baik.


Raden Patah adalah tokoh dibalik keberhasilan Demak meraih kekuasan atas tanah Jawa kala itu. Dari beberapa sumber sejarah Raden Patah merupakan putra dari Prabu Brawijaya, raja Majapahit yang dibuang ke Palembang.


Raden Patah atau Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan) alias Jin Bun bergelar Senapati Jimbun atau Panembahan Jimbun, lahir di Palembang pada 1455 dan wafat di Demak pada 1518. Dia adalah pendiri dan sultan Demak pertama yang memerintah sejak 1500 hingga 1518. Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, nama Tionghoa Jin Bun tidak disertai nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun bermakna orang kuat. Ini identik dengan nama Fatah (Patah) dari bahasa Arab yang berarti kemenangan atau pembukaan (al-fath). Raden Patah mendalami agama Islam kepada Sunan Ampel. Dari Sunan Ampel lah Raden Patah belajar tentang Islam yang rahmatan lil-alamin.


Masa kecil dari Raden Patah dihabiskan bersama ibunya yang bernama Siu Ban Ci wanita keturunan Tionghoa dengan panggilan masa kecil adalah Jin Bun. Jin Bun sendiri memiliki arti orang kuat, sementara Fatah atau Patah dalam nama Arab berati kemenangan. Nama Jin Bun tidak memiliki marga depan karena keturunan ayahnya merupakan orang Jawa.


Ibunda dari Raden Patah yang merupakan selir dari Raja Majapahit konon diusir oleh ratu asal Campa. Sang ratu merasa cemburu dan meminta raja untuk membuangnya dari kerajaan. Di Palembang ibu dari Raden Patah dinikahi oleh Aryo Damar yang kala itu jadi penguasa Palembang. Bersama Aryo Damar, Siu Ban Ci memiliki anak yang bernama Raden Kusen.


Raden Kusen kemudian menemani Raden Patah merantau ke Pulau Jawa, Raden Patah juga sempat belajar agama Islam dari Sunan Ampel di Surabaya. Ilmu agama yang didapatnya itu kemudian digunakan oleh Raden Patah untuk mengajar pesantren. lalu mereka membuka hutan Glagahwangi untuk dijadikan sebuah pesantren.


Waktu berlalu Raden Patah banyak mengalami perkembangan termasuk dengan menjadi pemimpin Kadipaten Demak. Hingga akhirnya dirinya memimpin Demak untuk melawan Majapahit.


Berdirinya Kesultanan Demak sebagai peletak dasar dari kerajaan Islam di bumi nusantara. Salah satu peninggalan Raden Patah yang hingga kini masih berdiri tegak adalah Mesjid Demak. Mesjid Demak pula yang menjadi tempat Raden Patah dimakamkan setelah meninggal pada usia 63 tahun. Makam yang hingga kini masih ramai dikunjungi oleh banyak peziarah.

2. Pati Unus 1518-1521

Pati Unus dikenal sebagai panglima perang yang gagah berani. Ia pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka saat usia 17 tahun. Pati Unus terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor karena keberaniannya dalam peristiwa melawan Portugis.
Pati Unus berhasil memblokade Portugis dan membuat mereka kehabisan stok makanan, dengan merencanakan penyerangan ke Katir.


Setelah Portugis menguasai Malaka tahun 1511, Kesultanan Demak ingin mengusir Portugis yang memiliki kekuatan cukup kuat dari tanah Malaka. Berbekal kurang lebih seratus kapal dan beberapa ribu tentara yang berasal dari Semarang, Jepara, Rembang , dan Palembang, berangkatlah Adipati Unus menyerang Malaka.


Walau memiliki pasukan yang cukup besar, namun akhirnya pasukan Demak harus mengakui kekalahan dari Portugis yang bersenjatakan lebih lengkap dan canggih.Dari sekitar seratus kapal yang berangkat, hanya tujuh kapal yang dilaporkan berhasil pulang.


Meski gagal, keberanian Adipati Unus (17 th) yang masih muda dan kemampuan menggalang persatuan dalam menyerang Portugis, beritanya menyebar ke penjuru pulau Jawa, ia bahkan diberikan gelar Pangeran Sabrang Lor.


Banyak sumber yang berbeda tentang nasib Adipati Unus. Ada yang mengatakan bahwa ia wafat saat pertempuran berlangsung, namun menurut Raffles, Adipati Unus berhasil selamat dan pulang ke Jawa, namun tak lama ia menderita penyakit paru – paru dan akhirnya wafat.


Sumber lain mengatakan ia berhasil pulang walau dengan tangan hampa keberanian sang pangeran muda melawan Portugis di kenang oleh warga di Pulau Jawa, sebab di usia yang masih muda ia dengan berani melawan bangsa Portugis yang pada masa itu dikenal sebagai bangsa yang cukup kuat dan tangguh.

3. Sultan Trenggono 1521-1546

Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus, pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Dikenal sebagai pemimpin bijaksana, yang berhasil memperluas wilayah hingga Jawa Timur dan Jawa Barat. Beliau mengirim pasukan ke Sunda Kelapa untuk mengusir Portugis pada 1522, tak lama dari situ Sunda Kelapa  mengubah nama jadi Jayakarta.


Sultan Trenggono memiliki beberapa orang putra dan putri. Diantaranya yang paling terkenal ialah Sunan Prawoto yang menjadi raja penggantinya, Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara, Ratu Mas Cempaka yang menjadi istri Sultan Hadiwijaya, dan Pangeran Timur yang berkuasa sebagai adipati di wilayah Madiun dengan gelar Rangga Jumena.


Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527),  Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529),Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah (Fadlullah Khan), pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.



Posting Komentar

0 Komentar